Pembayatan Topi Saka Bhayangkara XVI

Saka Bhayangkara Polres Probolinggo Kota.

Orientasi Pendidikan dan Latihan (Ordiklat)

Saka Bhayangkara Polres Probolinggo Kota.

Pertikarada 2018

Saka Bhayangkara Polres Probolinggo Kota.

Dismatampil 2018

Saka Bhayangkara Polres Probolinggo Kota.

Kontingen Saka Bhayangkara Polres Probolinggo Kota

Saka Bhayangkara Polres Probolinggo Kota.

Kamis, 14 Januari 2016

Krida Lantas - Pengetahuan Ketertiban Berlalu Lintas

Bharata Bayuangga News – Macet adalah momok bagi semua pengendara. Problema kemacetan ini sudah menjadi problem di berbagai negara yang jumlah penduduknya besar & penggunaan kendaraan sangat tinggi. Kemacetan bisa terjadi tiap saat, entah karena alasan volume kendaraan yang padat, ada Laka Lantas, atau sebab2 lainnya. Macet bisa juga terjadi di jalan bebas hambatan (jalan tol) sekalipun.

Namun di Jerman, ada satu peraturan yang mewajibkan seluruh pengguna jalan Autobahn (sebutan jalan tol di Jerman) harus menepi ke lajur bahu kiri dan kanan jalan apabila ada kondisi macet di jalan tol tsb. Di Jerman, Autobahn adalah jalan bebas hambatan tak berbayar (gratis) & satu-satunya di dunia jalan tol yang tidak memiliki batas kecepatan maksimum. Autobahn adalah jalan yang menghubungkan antar kota di Jerman & jalan darat antar negara Eropa. Menurut pemerintah Jerman, tingkat kecelakaan di Autobahn sangat kecil & bisa dianggap tidak pernah ada. Keunikan lain dari Autobahn adalah kita DILARANG berhenti di bahu jalan kecuali kendaraan kita rusak berat, motor boleh masuk jalan Autobahn. Rekor kecepatan tertinggi di Autobahn dipegang oleh BMW M-6 dengan kecepatan 330 kmpj. Bayangkan, di jalan tol yang tidak memiliki batas kecepatan maksimum tapi tingkat kecelakaannya sangat rendah bahkan nihil. Satu lagi, pengendara di Autobahn ga perlu kuatir kehabisan bensin di Autobahn karena Pemerintah Jerman telah menyediakan SPBU di tiap 35 km.

Perhatikan bagaimana tertibnya pengguna jalan Autobahn di foto ini. Saat ada hambatan di depan hingga menyebabkan macet semua pengendara dengan tertib dan patuh menepi di bahu kiri & kanan jalan. Tidak ada satu pun kendaraan yang mencoba menyelak, menerobos masuk atau jalan sebelum diperintah oleh petugas Autobahn Polizei (Highway Patrol Police). Kewajiban menepi di bahu kiri-kanan jalan tol adalah untuk memberikan ruang/jalan di bagian tengah untuk kendaraan petugas polisi atau medis untuk mengurai kemacetan.

Memang di Jerman masyarakatnya semua sangat tertib dengan aturan2 lalu lintas & safety jalan raya. Mereka sangat takut jika melanggar. Apakah masyarakat Indonesia bisa? Pasti bisa!! Harus bisa!! Tinggal kembali pada diri kita sendiri....mau ga diatur supaya tertib & selamat???
AYO REVOLUSI MENTAL DENGAN TERTIB BERLALU LINTAS, BRO-SIS!!!
Salam Pramuka,
Salam Prasbhara,
Salam Satu Aspal,

Rabu, 13 Januari 2016

Sejarah Singkat Kepanduan Dunia dan Indonesia

Bharata Bayuangga News – Pramuka merupakan kependekan dari Praja Muda Karana yang berarti kaum muda yang suka berkarya. Di Indonesia sendiri penggunaan istilah “Pramuka” baru resmi digunakan pada tahun 1961. Akan tetapi gerakan pramuka sejatinya telah ada sejak jaman penjajahan belanda dengan nama kepanduan. Taukah anda sejarah pramuka di dunia dan di Indonesia? maka simak asal usul pramuka di bawah ini.
Istilah pramuka hanya digunakan di IndScout.  Gerakan yang juga disebutScouting atau Scout Movement ini bertujuan untuk pengembangan para pemuda secara fisik, mental, dan spiritual. Sejarah pramuka di dunia sendiri dimulai pada 25 Juli 1907 ketika Lord Robert Baden Powell saat itu sebagai Letnan Jendral tentara Inggris untuk pertama kalinya mengadakan perkemahan pramuka di pulau Brown Sea, Inggris selama 8 hari. Selanjutnya pada tahun 1908 Baden Powel menulis buku tentang prinsip dasar kepramukaan “Scouting for Boys” yang artinya pramuka untuk laki-laki.
Pada tahun 1912 dengan bantuan adik perempuan Baden Powell bernama Agnes maka terbentuklah organisasi pramuka untuk perempuan dengan sebutan “Girls Guides“. Organisasi kepramukaan perempuan ini pun dilanutkan oleh istri Baden Powell.
Selanjutnya di tahun 1916 di dirikanlah kelompok pramuka siaga dengan nama CUB (anak srigala). Pedoman kegiatan yang dilakukan berdasarkan dari sebuah buku yang berjudul  “The Jungle Book” karangan Rudyard Kipling.
Pada tahun 1918 Baden Powell kembali membentuk Rover Scout, yaitu organisasi pramuka bagi mereka yang telah berusia 17 tahun. Selang empat tahun kemudian yaitu tahun 1922 Powel menerbitkan buku menerbitkan buku ”Rovering To Succes” buku ini menggambarkan seorang pemuda yang harus mengayuh sampannya menuju kepantai bahagia.


  • Jambore Dunia
Di tahun 1920 merupakan tahun yang sangat berpengaruh dalam sejarah pramuka dimana untuk pertama kalinya di adakan Jambore di dunia. Selain itu tahun ini juga dibentuk Dewan Internasional pramuka yang beranggotakan 9 orang biro dan biro pusat di London. Biro pramuka putra dunia memiliki lima kantor wilayah yaitu Costa Rica, Mesir, Filipina, Swiss, dan Nigeria. Sedangkan untuk putri memiliki lima kantor pusat sekretariat di London dan biro kantor wilayah di Amerika Latin, Arab, Asia Pasifik, dan Eropa.
Jambore Dunia ke-I di laksanakan di Olympia Hall, London. Dalam kegiatan tersebut diundang pula peserta dari 27 Negara dan pada saat itu Baden Powell  diangkat sebagai Bapak Pandu Sedunia (Chief Scout of The World ).
Pelaksanaan Jambore dunia selanjutnya:
  • Tahun 1924 ke II                 di Ermelunden, Copenhagen, Denmark
  • Tahun 1929 ke III                di Arrow Park, Birkenhead, Inggris
  • Tahun 1933 ke IV                di Godollo, Budapest, Hongaria
  • Tahun 1937 ke V                 di Vogelenzang, Blomendaal, Belanda
  • Tahun 1947 ke VI                di Moisson, Prancis
  • Tahun 1951 ke VII               di Salz Kamergaut, Austria
  • Tahun 1955 ke VIII              di Sutton Park, Sutton coldfild, Inggris
  • Tahun 1959 ke IX                di Makiling, Philipina
  • Tahun 1963 ke X                 di Marathon, Yunani
  • Tahun 1967 ke XI                di Idaho, Amerika Serikat
  • Tahun 1971 ke XII               di Asagiri, Jepang
  • Tahun 1975 ke XIII              di Lillehammer, Norwegia
  • Tahun 1979 ke XIV             di Neishaboor, Iran (tetapi dibatalkan)
  • Tahun 1983 ke XV              di Kananaskis, Alberta, Kanada
  • Tahun 1987 ke XVI             di Cataract Scout Park, Australia
  • Tahun 1991 ke XVII            di Korea Selatan
  • Tahun 1995 ke XVIII           di Belanda
  • Tahun 1999 ke XIX             di Chili, Amerika Serikat
  • Tahun 2003 ke XX              di Thailand


SEJARAH PRAMUKA DI INDONESIA
Ternyata gagasan organisasi Boden Powell tersebut dalam waktu singkat menyebar ke berbagai negara termasuk Belanda. Di belanda gerakan pramuka dinamai Padvinder. Pada masa itu Belanda yang menguasai Indonesia pun membawah gagasan itu ke Indonesia. Akhirnya mereka pun mendirikan organisasi tersebut di Indonesia dengan nama NIPV (Nederland Indische Padvinders Vereeniging = Persatuan Pandu-Pandu Hindia Belanda).

Dalam perkembangan pemimpin-pemimpin gerakan nasional membentuk organisasi kepanduan dengan tujuan membentuk manusia Indonesia yang baik dan siap menjadi kader pergerakan nasional. Dalam waktu singkat muncul berbagai organisasi kepanduan antara lain JPO (Javaanse Padvinders Organizatie) JJP (Jong Java Padvindery), NATIPIJ (Nationale Islamitsche Padvindery), SIAP (Sarekat Islam Afdeling Padvindery), HW (Hisbul Wathon).
Kemudian pemerintah Hindia Belanda memberikan larangan penggunaan istilah Padvindery.  Maka K.H. Agus Salim mengganti nama Padvindery menjadi Pandu atau Kepanduan dan menjadi cikal bakal dalam sejarah pramuka di Indonesia.
Setelah sumpah pemuda kesadaran nasional juga semakin meningkat, maka pada tahun 1930 berbagai organisasi kepanduan seperti IPO, PK (Pandu Kesultanan), PPS (Pandu Pemuda Sumatra) bergabung melebur menjadi KBI (Kepanduan Bangsa Indonesia). Pada tahun 1931 dibentuk PAPI (Persatuan Antar Pandu Indonesia) kemudian pada tahun 1938 berubah menjadi BPPKI (Badan Pusat Persaudaraan Kepanduan Indonesia).
Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia organisasi Kepanduan dilarang. Maka banyak dari tokoh Pandu yang beralih dan memilih masuk masuk Keibondan, Seinendan, dan PETA.
Setelah proklamasi kemerdekaan kembali dibentuk orgasisasi kepanduan yaitu Pandu Rakyat Indonesia pada tanggal 28 Desember 1945 dan menjadi satu-satunya organisasi kepanduan.
Pada tahun 1961 organisasi kepanduan di Indonesia terpecah menjadi 100 organisasi kepanduan dan terhimpun dalam 3 federasi organisasi yaitu IPINDO (Ikatan Pandu Indonesia) berdiri 13 September 1951, POPPINDO (Persatuan Pandu Puteri Indonesia) tahun 1954 dan PKPI (Persatuan Kepanduan Puteri Indonesia). Sadar akan kelemahan terpecah-pecah akhirnya ketiga federasi yang menghimpun bergabung menjadi satu dengan nama PERKINDO (Persatuan Kepanduan Indonesia).
Sejarah pramuka di Indonesia di anggap lahir pada tahun 1961. Hal tersebut didasarkan pada Keppres RI No. 112 tahun 1961 tanggal 5 April 1961, tentang Panitia Pembantu Pelaksana Pembentukan Gerakan Pramuka dengan susunan keanggotaan seperti yang disebutkan Presiden pada 9 Maret 1961.
Tentunya banyak yang bertanya, kenapa peringatan hari Pramuka di peringati pada 14 Agustus?. Hal tersebut dikarenakan pada tanggal 14 Agustus 1961 adalah hari dimana Gerakan Pramuka di perkenalkan di seluruh Indonesia, sehingga di tetapkan sebagai hari Pramuka yang di ikuti dengan pawai besar. Sebelumnya presiden juga telah melantik Mapinas, Kwarnas, dan Kwarnari.


Senin, 07 Januari 2013

Sejarah Pramuka Saka Bhayangkara


Bharata Bayuangga News - Satuan Karya Pramuka Bhayangkara dibentuk pada tahun 1966 dan pada tahun tersebut masih bernama Kompi Pramuka Wirakarya Bhayangkara. Pembentukan tersebut atas instruksi bersama Menteri/Panglima Kepolisian dan Ketua Kwartir Nasional Nomor: 28/Inst./MK/1966 dan Nomor: 4/1966 tertanggal 17 Juni 1966, Yang kemudian ditindaklanjuti dengan Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor: 21/KN/66 Tahun 1966.

Perubahan nama dari Kompi Pramuka Wirakarya Bhayangkara menjadi Satuan Karya Bhayangkara (Saka Bhayangkara) terjadi pada tahun 1974 setelah diterbitkannya Anggran Rumah Tangga (ART) Gerakan Pramuka pada tanggal 30 Juli 1974 dengan Surat Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor: 045/KN/74. Sehingga berdasarkan keputusan tersebut dan sesuai dengan Pasal 15 BAB III istilah Kompi Pramuka Wirakarya diubah menjadi Satuan Karya Pramuka/disingkat SAKA dengan maksud agar tidak rancu (confuse) dengan istilah Kompi dalam satuan ABRI.

Pada tahun 1980 dikeluarkan keputusan bersama antara Kepala Kepolisian Republik Indonesia dan Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor Pol.: KEP/08/V/1980 dan Nomor: 050 Tahun 1980 tentang kebijakan dalam usaha pembinaan dan pengembangan pendidikan kebhayangkaraan dan kepramukaan, telah dijabarkan dalam Petunjuk Penyelenggaraan Satuan Karya Pramuka Bhayangkara yang dituangkan pada Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor 079 Tahun 1981 dengan menetapkan lambang Saka Bhayangkara yang pertama dan sembilan Krida, yaitu :

1. Krida Pengamanan Lingkungan
2. Krida Pengamanan Lalu Lintas
3. Krida TPTK (Tindakan Pertama di Tempat Kejadian)
4. Krida SAR (Search And Rescue)
5. Krida Pemadam Kebakaran
6. Krida Pengamat
7. Krida Pengawal
8. Krida Pelacak
9. Krida Komlek (Komunikasi Elektronik)


Lambang Saka Bhayangkara tahun 1980 s.d. 1991
Pada tahun 1991 dikeluarkan Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka tentang petunjuk penyelanggaraan Pramuka Saka Bhayangkara dengan Nomor 020 Tahun 1991 tertangaal 25 Pebruari 1991 sebagai pengganti Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor 079 Tahun 1981, selain perubahan terhadap lambang Saka Bhayangkara, dari keputusan ini juga terdapat perubahan jumlah Krida dengan hanya tersisa lima Krida, yaitu :

1. Krida Pengamanan Lingkungan
2. Krida Pengamanan Lalu Lintas
3. Krida TPTK (Tindakan Pertama di Tempat Kejadian)
4. Krida SAR (Search And Rescue)
5. Krida Pemadam Kebakaran

Setahun berselang diterbitkanlah Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor: 004 Tahun 1992, tentang Petunjuk Penyelenggaraan Krida Satuan Karya Pramuka Bhayangkara dan Syarat Kecakapan Khusus Kelompok Kebhayangkaraan. Dirasa perlu dilakukannya penyempurnaan pada SK Kwarnas Nomor: 004/1992 maka pada 5 Agustus 1996 dikeluarkan Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor 98 Tahun 1996 tentang Penyempurnaan Syarat-Syarat dan Gambar Tanda Kecakapan Khusus Kelompok Kebhayangkaraan yang ternyata terdapat erubahan pada nama dan jumlah Krida yang ada sebelumnya, berikut perubahannya :

1. Krida Ketertiban Masyarakat (TIBMAS)
2. Krida Lalu Lintas
3. Krida Pencegahan dan Penanggulangan Bencana
4. Krida Pengenalan Tempat Kejadian Perkara

Lambang Saka Bhayangkara tahun 1991 s.d. sekarang
Setelah itu pada tahun 2006 berdasarkan Surat Keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No.Pol.SKEP/595/X/2006 tertanggal 4 Oktober 2006 dan disokong Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor 146.A Tahun 2006 Tentang Syarat dan Gambar Tanda Kecakapan Khusus Kelompok Kebhayangkaraan terdapat sedikit perubahan nama dari Krida Pengenalan Tempat Kejadian Perkara (PTKP) menjadi Krida Tempat Kejadian Perkara (TKP) dan penambahan satu poin SKK Pengetahuan Tempat Kejadian Perkara.

Perubahan Jukran Saka Bhayangkara terahir disahkan pada 20 September 2011 yang tertuang pada Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor 159 Tahun 2011 tentang Petunjuk Penyelenggaraan Saka Bhayangkara sebagai pengganti Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka  Nomor 020 Tahun 1991.

Krida Saka Bhayangkara Tahun 90an

Krida Saka Bhayangkara Tahun 2000an

Editor    : Kak Ayip
Sumber : Surat Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites